Pembantu Pacarku

Kisah ini berawal 6 atau 7 bulan yang lalu, saat itu saya bermaksud menjemput pacar saya di rumahnya, namun sesampainya di rumahnya ternyata kosong, hanya ada pembantu bernama S yang ada di rumah. S yang berusia jauh lebih tua dari saya ini bertubuh kecil, hitam, berparas cantik dan mempunyai bentuk payudara yang menarik (walaupun kecil tapi bentuknya tegak ke depan).
Saat itu saya menunggu pacar saya pulang dari kerjanya, kemudian S minta tolong saya untuk mengangkat meja ke ruangan sebelahnya bersama dengannya. Untuk mengangkat tentunya kami harus membungkuk, dan pada saat itu S yang menggunakan pakaian batik membungkuk untuk mengangkat meja tersebut di hadapan saya. Saat itulah saya menyaksikan dua bukit kembar yang bergantungan di dalam BH berwarna hitam. Secara refleks, ‘adik’ saya langsung bangkit dan saya terus memperhatikan pemandangan tersebut sampai akhirnya S menyadari bahwa saya sedang memandangi payudaranya. Secara refleks S langsung menutup pakaiannya itu dan tersipu malu. Saya bersikap pura-pura tidak mengetahui kejadian tersebut. Itulah awal dari cerita ini. Sejak saat itu apabila ada kesempatan S memperlihatkan payudaranya di depan saya, entah waktu dia sedang mengepel lantai atau sedang membungkuk selalu dengan secara sengaja dia memperlihatkannya di depan mata saya. Dalam pikiran saya sudah berkecamuk pikiran untuk dapat meremas payudara tersebut, namun kemudian rasa khawatir muncul lagi karena dia adalah pembantu yang bekerja di tempat pacar saya, bagaimana nanti kalau sampai ketahuan? Persisnya, hari Sabtu bulan Oktober saya ke rumah pacar saya lagi untuk mengambil barang yang tertinggal di sana (pada waktu itu pacar saya dan keluarganya sedang ke kota S untuk acara pernikahan keluarga). Otomatis pada saat itu di rumah pacar saya hanya ada S seorang diri, saya pun segera masuk ke ruangan di mana saya meninggalkan barang saya. Kemudian saya bermaksud untuk segera pulang dan memanggil S untuk membukakan pintu bagi saya. Namun setelah saya panggil berulang kali tidak ada jawaban, saya beranikan diri untuk menuju kamarnya untuk memanggil dia. Pada saat saya sudah berada di depan kamar dan berusaha mengintip ke dalam kamar, saya melihat dia sedang melepaskan baju atas yang dipakainya sehingga hanya memakai BH warna hitam dan rok warna coklat. S agak terkejut melihat saya sudah berada di depan kamarnya dan langsung berusaha untuk menutupi bagian depan dari tubuhnya. Saya yang sudah terlanjur di depan kamar pun tidak kalah kagetnya melihat S dengan pakaian yang minim. Kami saling berpandangan dan tanpa dapat berkata apa-apa satu sama lain. Akhirnya saya beranikan untuk maju dan mencoba untuk menyentuh payudaranya, ternyata S hanya diam saja, sehingga akhirnya saya peluk dia dari belakang (bau tubuhnya sangat wangi karena kelihatannya S habis mandi dan keramas). Kedua tangan saya secara otomatis terarah ke payudaranya yang masih tertutup BH hitam, saya coba mengelusnya dan saya berusaha memasukkan tangan saya ke dalam. Ternyata sesuai dugaan saya, putingnya sudah mengeras dan memanjang. Saat saya pilin, S mengeluarkan suara, “Ah.. ah.. ahh..” sehingga menimbulkan rangsangan yang hebat bagi saya. Saya terus memilin putingnya sambil menciumi tengkuknya dari belakang. Adegan tersebut berlangsung selama kurang lebih 5 menit, kemudian S melepaskan tangan saya dari payudaranya dan berbalik menghadap saya, kaos yang saya pakai mula-mula dilepaskannya, kemudian menyusul celana pendek yang saya pakai sehingga sekarang saya tinggal menggunakan celana dalam saja dengan gundukan di tengah yang cukup besar. Gundukan tersebut dielus dengan gerakan tangan yang sangat merangsang sehingga rasanya penis saya sudah berdenyut- denyut. Kemudian setelah puas dengan elusannya, S melepaskan celana dalam saya dan berkata, “Untuk ukuranmu kontolmu cukup gede juga ya..” sehingga tampaklah penis saya yang sudah tegang. Dengan posisi berjongkok, S terus mengocok penis saya dan kemudian memasukkan penis saya ke dalam mulutnya. Perasaan saya semakin berdebar-debar, apalagi ditambah dengan kenikmatan kuluman penis saya di mulut S. S masih terus mengulum penis saya dan kadang ditambah dengan meremas payudaranya sendiri. Setelah kurang lebih 10 menit, saya angkat dia sehingga sekarang dalam posisi berdiri. Saya tidurkan dia di ranjang dan saya mulai menciumi dia di wajahnya, kemudian dilanjutkan dengan berpagutan, lidah kami saling memasuki mulut masing-masing, sehingga menambah gairah kami. Kemudian ciuman mulai saya turunkan ke arah leher dan payudara. Melihat puting yang tegak menghadap ke atas itu saya menjadi gemas dan segera saya kulum dan saya gigit dengan pelan, S kelihatan sangat terangsang, terlihat dari gerakan-gerakan dia yang mulai tidak teratur dan napasnya yang tersengal- sengal. Putingnya masih saya gigit sampai 5 menit kemudian, dan tangan kanan saya mulai menuju ke bagian bawah. Rok yang masih digunakan saya minta untuk dilepas sehingga sekarang tampaklah celana dalam warna hitam dengan bentuk yang sangat kecil, sehingga menambah rangsangan bagi saya. Tangan kiri saya masih sibuk memilin putingnya, sedangkan tangan kanan saya mulai bergerilya ke bagian dalam celana dalamnya. Begitu memasuki celana dalamnya, terasa ada rambut- rambut keriting yang sudah sedikit basah, saya coba gosok- gosok terus bagian tersebut sambil saya pilin putingnya. S terus mendesah, “Ah.. shh.. shh.. enak sekali Mas..! Yang lebih cepat..!” Saya tingkatkan gosokan tangan kanan saya di vaginanya. Dan setelah beberapa saat saya berhenti, S yang kelihatannya hampir orgasme melihat saya dengan wajah kecewa. Tapi kemudian saya segera mengangsurkan mulut saya ke vaginanya setelah sebelumnya celana dalamnya saya copot. Tampaklah bagian V yang sangat indah, bulu-bulu kecil keriting dipotong dengan rapih mengikuti jalur V-nya. Saya segera menciumi bagian tersebut(sebelumnya saya merasa jijik untuk mencium vagina cewek) dan saya menuju ke daerah klitorisnya, saya temukan klitorisnya dan saya jilati dengan lidah saya dengan cepat. S semakin tidak karuan. Menggelinjang ke sana kemari dan mengeluarkan suara-suara yang semakin keras. “Lebih cepat Mas, lebih cepat..! Ah.. shh.. saya ndak tahan udah mau keluar..!” Mendengat itu saya semakin bersemangat untuk menjilati klitorisnya sambil kadang meremas payudaranya. Tidak lama kemudian akhirnya menyemprotlah cairan kenikmatan dari lubang vaginanya dan S kelihatan sangat puas sekali. Setelah itu S duduk dan saya diminta untuk tiduran di ranjangnya, dengan sangat seksi dia mulai menciumi dada saya, perut saya dan akhirnya sampai jugalah ke penis saya yang sudah ereksi sedemikian hebat. S mulai mengulum lagi penis saya, mula-mula dengan pelan namun lama kelamaan semakin bertambah cepat sehingga saya merasakan akan ada sesuatu yang muncrat dari penis saya. “S saya mau keluar nih..! Ah..!” S kemudian mengeluarkan penis saya dari dalam mulutnya dan mengepitkan penis saya di antara kedua dadanya. Dengan gerakan naik turun S mengocok penis saya dengan kedua payudaranya. Akhirnya pertahanan saya jebol juga. “S.., saya keluar, ah..!” Rasanya seperti terbang ke awang-awang, nikmatnya penis saya dipegang oleh cewek (biasanya saya hanya melakukan onani sambil melihat gambar atau film BF). Setelah itu kami berbaring di ranjang karena kelelahan. S bercerita ke saya bahwa dia sudah lama ingin melakukan hubungan seks dengan saya, apalagi setelah dia bercerai dengan suaminya. Sambil bercerita, tangan S mulai meraba penis saya lagi sehingga mau tidak mau penis saya kembali tegak menantang. Melihat itu S berkata, “Saya masukkan ke memekku ya Mas..? Mas mau di bawah atau di atas?” Saya jawab saya di bawah saja, jadi dapat melihat dan meremas payudaranya. S berkata, “Mas kok nakal sih..? Ntar kan sakit..!” Kemudian S mulai bangkit dan pelan-pelan ke atas saya dan memasukkan penis saya ke dalam lubang vaginanya. Mulanya terasa seret sekali, namun akhirnya dapat juga penis saya (ukuran nya tidak terlalu panjang mungkin sekitar 14 cm saja) memasuki liang senggamanya. S mulai menggoyang pinggulnya di atas saya dan saya mulai merasakan kenikmatan itu. Saya sudah membayangkan kenikmatannya waktu melihat film BF, namun saya tidak berani mempraktekkannya. Goyangan pinggul S membuat payudaranya tergoncang- goncang ke kiri dan ke kanan. Saya yang berada di bawahnya sangat terangsang melihat hal itu, tangan saya mulai meremasnya. “S susumu kok bagus banget toh, belum pentilnya yang gede banget (waktu itu putingnya sudah dalam ukuran maksimal dan warnanya merah sekali, mungkin karena saya gigit tadi)” Semakin lama goyangan S semakin cepat dan S sudah mendapat orgasmenya yang kedua. Setelah itu kami berganti posisi, saya duduk di ranjang dan dengan posisi berhadapan saya minta S memasukkan penis saya ke lubang vaginanya. “S cepet..! Aku udah ndak tahan nih..! Pentilmu gede banget..!” (bagian yang paling menarik saya dari tubuh wanita adalah payudara, terutama putingnya) Kemudian S menggiring penis saya masuk ke dalam lubang vaginanya, saya mengeluarkan desahan tersebut dan juga S secara bersamaan juga mengeluarkan terus desahan- desahannya. Goyangan yang kami lakukan semakin bertambah cepat. Sambil saya remas payudaranya, saya mencium mulutnya. Kami terus saling berpagutan sambil menggoyangkan pinggul masing-masing. Setelah 10 menit, saya merasa saya sudah mau sampai lagi. “S aku udah mau keluar lagi nih..! Dikeluarin di dalam atau di luar..?” “Di dalam aja, tunggu sebentar ya, aku juga mau keluar nih..! Ah.., sh..!” “S aku udah ndak tahan nih..!” “Aku juga Mas, ah..!” Akhirnya pada saat bersamaan kami mengeluarkan cairan kenikmatan kami bersama- sama di dalam lubang vagina S. Setelah itu S mengeluarkan penis saya dari lubang vaginanya dan membungkuk untuk menjilati penis saya dan membersihkannya sampai sisa- sisa spema kami bersih. Itulah pengalaman saya dengan S. Sampai saat ini kami masih kadang melakukan hubungan seks apabila ada kesempatan, bahkan saya sudah meniduri pembantu yang lain juga yang tubuhnya lebih behenol.

Kehangatan Tante

Awal cerita ini terjadi saat semsteran dimana saat itu aku kelas 2 SMA, dimana lingkungan rumahku ada pendatang baru tepat berada di depan rumahku, dari berita sekitar dia berasal dari Gorontalo dengan sepasang kekasaih dan 2 orang anak, katanya suaminya bekerja sebagai pejabat pemerintah di Jakarta.
Tak taunya kakaku yang kedua kenal betul dengan suaminya jadi antara keluargaku dan keluarganya cepat akrab dan mendapat info yang sebenarnya biasanya aku sering panggil om tante dengan sebutan U (tentunya aku samarkan) biar terjaga rahasianya.
Tante U seoarang wanita berdarah Menado, cantik, putih dan sangat menarik hati. Penampilannya selalu nampak OK dan sangat serasi. Kedua anak tante U, sangat akrab denganku, yang sulung perempuan usianya baru 3,5 tahun, sedangkan adiknya 2 tahun.
Sering aku mengajak mereka bermain, maklum aku anak laki-laki bungsu dari enam bersaudara. Aku disukai anak-anak kecil, dan cepat sekali akrab dengan mereka.
Hingga akhir cawu III, kehidupan rumah tangga mereka harmonis saja. Tante U memang sering pergi esaat setelah Oom U berangkat ke kantor, biasanya pukul 13.00 sampai sekitar 14.00 WIB tante U sudah kembali. Hal itu sering tante U lakukan setelah mereka bertempat tinggal kira-kira enam bulan di rumah tersebut.
Jika Oom U ke luar kota, tante U pulang agak lebih sore, kadang malah sehabis maghrib baru tante U pulang mengendarai mobil sedan HONDA PRESTIGE warna merahnya.
Beberapa kali aku yang membukakan pintu garasinya, karena saat itu aku sedang di rumahnya bermain dengan kedua anaknya. Biasanya jika tante U pergi anak-anak biasa dijaga oleh pembantunya dan adik perempuan Oom U.
Adik perempuan Oom U sebaya denganku, tapi walaupun aku sering bermain dengan-nya aku nggak tertarik padanya. Aku hanya merasa kasihan kepadanya, karena seringkali dia mengeluh karena perlakuan tante U kepadanya tidak baik. Pernah aku melihat dia dimarahi tante U dan disiram air bekas cucian pakaian yang banyak sabunnya. Namun aneh kepadaku tante U sangat baik, namun hal itu aku anggap hal yang biasa saja.
Cawu I kelas tiga berakhir, saat libur dua minggu aku gunakan waktuku untuk jalan-jalan sama temen-teman ke suatu tempat rekreasi di dekat kotaku. Jaraknya lebih kurang 45 km dari kotaku, tempat itu terletak di lereng gunung dan berhawa sejuk, berbeda dengan kotaku yang panas.
Aku masih ingat saat itu hari Senin, kira-kira jam 10.00 WIB, saat aku berlibur di tempat rekreasi itu kulihat mobil tante U diparkir di halaman sebuah restaurant; aku tak berpikiran apa-apa waktu itu,
Bahkan ketika uberpapasan dengan tante U yang digandeng mesra oleh seorang lelaki dan di belakang mereka bergandengan pula sepasang teman tante U aku tetap belum paham dan mengerti apa sebenarnya yang terjadi dan tante U lakukan bersa-ma teman-temannya.
Mungkin karena memang saat itu secara kejiwaan aku masih polos dan lugu serta belum mengenal arti cinta atau hubungan laki-laki dan perempuan aku menganggap hal tersebut biasa saja, bahkan aku menyapa tante U dengan sopan.
Mendengar dan melihat aku spontan tante U nampak terperanjat dan kaget dan segera melepaskan pelukan lelaki temennya tadi. Kemudian dia menghampiriku dan basa-basi menanyakan acaraku di tempat itu. Sebelum kami berpisah tante U menggamitku seraya memasukkan sesuatu ke dalam kantong bajuku, kemudian dia berpesan agar aku merahasiakan pertemuan tadi dengan siapapun.
Aku mengangguk dan berjanji tak akan bercerita pada siapapun tentang pertemuanku dengannya di tempat rekreasi tersebut. Sesaat setelah kami berpisah kurogoh saku bajuku, ternyata tante U memberiku uang sejumlah Rp. 50.000,- , aku heran bercampur senang. Aku gunakan uang itu untuk mentraktir temen-temen.
Seusai liburan, seperti biasanya kujalani masa-masa studiku seperti biasa. Di kelas aku boleh dikata sebagai murid dengan prestasi belajar yang baik, kelasku termasuk kelas unggulan yang murid-muridnya dipilih dari 10 terbaik di masing-masing kelas 2.
Dari kelas satu hingga kelas tiga, aku biasa menduduki rangking tiga besar. Aku setiap hari berangkat dan pulang sekolah dengan jalan kaki bersama teman-temanku. Pada hari Sabtu kelasku pulang agak cepat dari biasanya, karena dua orang guru yang seharusnya mengajar d kelasku tidak masuk, dan waktu kosong diisi dengan mencatat pelajaran dari guru mata pelajaran lain yang berikutnya.
Seperti biasa aku pulang jalan kaki, kira-kira 1 kilo meter dari sekolahanku tiba-tiba sebuah mobil merah berhenti di sampingku dan segera kukenali siapa pengemudinya, dialah tante U. Aku sempat terkesima melihat penampilannya,
Dia nampak cantik sekali apalagi dengan kacamata hitamnya wah sungguh bukan main. Dia buka jendela pintu mobilnya dan memintaku segera naik ke mobilnya, mengajak-ku pulang bersama. Kuterima ajakannya dan aku segera masuk dan duduk di dalam mobilnya yang ber AC dan empuk jok kursinya.
Dia tidak mengajakku langsung pulang, tetapi jalan muter-muter dengan mobil-nya. Kulirik dia, sungguh sangat cantik, dan secara tak sengaja kulihat paha putih dan mulus miliknya yang terbuka diantara belahan rok spannya, benar-benar membuatku terkesima.
Setelah beberapa menit kami berjalan tante U berdehem, membuatku terperanjat dan segera memalingkan mukaku ke luar jendela.
Diajaknya aku ngobrol tentang pertemuanku di tempat rekreasi dahulu, dan menanyakan padaku apakah aku bercerita pada orang lain. Aku jawab bahwa aku tak bercerita pada siapapun dan aku katakan sekali lagi bahwa aku tak akan bercerita kepada siapapun tentang hal itu. Mendengar hal itu tante U nampak lega dan menghela nafas panjang.
Sesampainya di rumah, seperti biasanya aku membantu membukakan pintu pagar dan garasi rumahnya. Diparkirnya mobilnya dan saat aku menutup pintu pagar rumah serta berpamitan pulang dipanggilnya aku. Aku mendekatinya dan mengikutinya masuk ke ruang keluarga.
Dia segera duduk di sofa di depan TV ruang keluarga, dan memintaku duduk didekatnya. Serta merta dipeluknya aku dan diciumnya pipiku kanan dan kiri, sambil dia mengucapkan terima kasih.
Aku diam saja. Kemudian dipegangnya mukaku dengan kedua belah tangannya dan secepat kilat diciumnya bibirku dan mulutku dilumatnya, aku hanya terperangah kaget dan tak bereaksi apapun. Sesaat kemudian dilepas pelukannya dan dia tersenyum padaku. Segera dia bangkit dan memintaku
pulang.
Entah kenapa sejak kejadian itu aku jadi semakin membayangkan dia, aku ingin semakin sering ketemu dengannya, di dalam mimpikupun sering terbayang tante U. Setiap kali bertemu dia selalu melempar senyum padaku. Aku jadi semakin sering melamun dan membayangkan dia.
Sebulan sejak kejadian itu kudengar kabar bahwa tante U ketahuan selingkuh. Kulihat tante dan oom U sering bertengkar. Oh.. ya, adik perempuan oom U sekarang nggak tinggal di rumah itu lagi., anak tante U yang sulung sudah masuk playgroup.
Sejak terdengar berita itu, tante U jarang keluar lagi seperti biasanya, paling-paling dia keluar hanya sebentar untuk keperluan antar jemput anaknya yang playgroup.
Aku tetap seperti biasa, tetap main ke rumah tante U dan ngobrol dengan tante dan oom U, bagiku mereka seperti kakaku sendiri.
Pada suatu hari menjelang terima rapor dan libur Cawu II di sekolahku seperti biasa diadakan lomba-lomba kesenian dan olah raga, dan kami pulang lebih awal. Aku masih ingat hari itu hari Kamis, aku pulang sekitar jam 09.00 WIB.
Sesaat setelah aku masuk ke rumah dan berganti pakaian, kudengar telepon berdering. Segera kuangkat dan dari seberang sana terdengar suara tante U. Mengetahui aku yang menerima tante U bilang wah kebetulan nih. katanya, tante mau minta tolong sebentar.
Tante U memintaku segera ke rumahnya. Aku segera mengunci pintu-pintu rumah dan meletakkan anak kunci di tempat biasanya, maklum di rumah nggak ada siapa-siapa. Bapak, Ibu dan kakak-kakaku tak ada di rumah.
Segera aku pergi ke ruamah tante U. Suasana rumah tante U nampak sepi, segera aku pencet bel rumah dan tante U nampak membukakan pintu dan mempersilakan aku segera masuk. Aku terpesona melihatnya, dia sungguh cantik dan seksi sekali,
Dengan gaun tipis warna pink yang kadang menampakkan lekuk indah tubuhnya, dengan belahan lebar di dadanya, sehingga sedikit nampak tersembul buah dadanya yang putih dan halus kulitnya. Jantungku berdetak keras ketika pandang mata kami beradu, tante U tersenyum dan kubalas senyum manisnya dengan senyum pula.
Kami mengobrol di ruang keluarga sambil menonton TV, aku menanyakan tentang kedua anaknya, tante U bilang mereka berdua ke Jakarta; ke rumah uwaknya diantar oom U. Jadi rumah saat itu sepi, cuman kami berdua saja.
Tante U mengobrol sambil menyilangkan kaki kanannya ke atas kaki kirinya, sehingga, gaun tipisnya terbuka dan terlihat jelas pahanya yang putih dan halus. Aku tak henti-henti melirik dan memper-hatikannya.
Tante U pura-pura tak tahu, bahkan secara sengaja gaunnya ditarik ke samping, sehingga paha mulusnya nampak tersembul keluar, sungguh suatu pemandangan yang sangat merangsang, dan tanpa terasa batang kemaluanku langsung berdiri tegak dan keras.
Sesaat setelah ngobrol, tante U berjalan ke arah TV dan mengambil sesuatu di rak VCD. Segera dipasang dan dinyalakan VCD tadi, aku kaget dan malu; karena ternyata VCD tersebut VCD porno dan baru sekali itu seumur hidupku melihat adegan-adegan panas di dalam VCD tersebut.
Tante U duduk di dekatku dan merapatkan badannya ke tubuhku. Diletakkan tangan kanannya di paha kiriku dan dielus-elusnya, kemudian di raihnya tangan kiriku dan diletakkannya di atas paha kanannya, dimintanya aku mengelus pahanya,
Secara naluri tanganku tidak hanya berhenti mengelus pahanya, bahkan lebih dari itu, langsung menuju ke celah pahanya yang tertutup celana dalam pink tipis. Kugosok dan kutekan tanganku ke vagina yang masih tertutup celana, nampak tante U senang dan kadang dikepitnya pahanya untuk menjepit anganku yang nakal menyelusup masuk ke dalam Cd-nya dan menusukkan jariku kedalam memiawnya.
Sesaat kami melakukan hal itu yakni saling mengelus sambil melihat adegan TV yang sangat merangsang. Tiba-tiba diraih dan dipeluknya kepalaku, dan segera dibenamkannya mukaku ke dadanya, ternyata tante U tak mengenakan BH,
Sehingga mukaku langsung menyentuh buah dadanya yang hangat dan lunak. Aku menurut saja dan segera tanganku bereaksi, menjalar kian kemari, membuka ikatan gaun tipis yang dikena-kan tante U, dan segera mencampakkannya jauh-jauh ke lantai. Dan nampak seluruh tubuh tante U tak tertutup apapun kecuali CD pink yang masih melekat ketat di memiawnya.
Buah dada tante U sekarang sudah tak tertutup apa-apa lagi, dan segera tante U menempelkannya di mukaku. Aku bereaksi mencium dan mengulum puting susunya, kemudian bibirku menjalar kelehernya, akhirnya mulut kami saling mengulum.
Tangan tante U bergerak melepas kaos dan membuka resleiting celana pendek jeans yang kukenakan, kemudian secara sigap di raihnya batang kemaluanku dan digosoknya dengan tangan kanannya. Pelan-pelan direbahkannya badanya di sofa, dan ditariknya badanku sehingga menindihnya.
Kami saling mencium kembali, dan secara naluri aku meniru adegan yang ada di VCD porno tadi, pelan-pelan bibirku bergerak ke bawah, menyusuri lehernya yang putih. Terus turun dan turun ke bawah, hingga mencapai buah dadanya,
Dan segera kuhisap dan kuremas buah dadanya yang putih dan sudah mengeras. Terdengar tante U mengerang dan merintih. Di remas-remas batang kemaluanku yang sudah mengeras dan dikocoknya pelan. Sungguh luar biasa rasanya, sebab baru pertama ali aku merasakan hal tersebut.
Tiba-tiba di dorongnya tubuhku, lalu dia duduk di sofa menghadapku, di suruhnya aku berdiri dan segera dilepas CD ku. Dengan terlepasnya CD tadi nampak tugu monasku tegak berdiri dengan keras, segera dihisap dan dikulum dengan mulutnya, aku mengerang dan mendesis keenakkan.
Sesaat kemudian dia lepas pula celana dalamnya, dan segera dibaringkan tubuhnya di sofa sambil dibuka ke dua belah pahanya. Aku terkesima takjub melihat pemandangan di depanku, nampak jelas celah vagina yang berwarna kemerahan diantara ke dua belah pahanya yang putih.
Segera mukaku menyerbu ke vaginanya dan aku jilati vaginanya seperti apa yang kulihat di adegan VCD . Tante U mengerang dan melenguh, pantatnya sesekali didorongnya ke atas, sehingga mulut dan lidahku semakin keras menempel di vaginanya.
Adegan tersebut berlangsung sekitar lima menit, setelah itu di raihnya bahuku dan ditariknya badanku sehinga menindih tubuhnya lagi, mulutnya meraih dan mencium mulutku serta dimainkan lidahnya, tangan-nya memegang penisku dan menempel serta menggosoknya di liang kemaluannya.
Sesaat kemudian dibimbingnya ku memasuki vaginanya dan kemudian kami berpacu mengumbar nafsu sepuas hati kami. Aku benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa, belum pernah sekalipun aku ku dalam liang vaginanya.
Tante U mengerang, merintih dan menggerak-gerakkan pinggulnya naik turun seirama dengan gerakkanku. Mulutku menciumi lehernya, kadang ke buah dadanya dan akhirnya mengulum bibirnya sambil menggerakkan pinggulku naik turun untuk menarik dan mendorong ku dalam liang vagina tante U.
Sesaat kemudian tante U terdengar mengerang keras dan memintaku untuk mempercepat gerakkan pinggul-ku. , tiba-tiba dia mempererat pelukkannya dan mengejang keras sambil dari mulutnya keluar teriakkan teriakan agak keras,
Tak lama kemudian terasa sesuatu yang hangat membasahi batang kemaluanku dan terasa vaginanya bertambah licin, tiba-tiba dia mengendurkan pelukkannya dan menghela nafas panjang ooooh..nugi. oohh.., dan segera diraihnya muka dan dilumatnya mulutku dengan ciuman yang panjang., sementara pinggulku tetap bergerak naik turun.
Pelan-pelan di dorongnya badanku dan dikempitkan kedua kakinya di pantatku, sehingga pantatku tak dapat bergerak naik turun.
Nampak rasa puas dan senyum manisnya.., oohh.. nugi.., kau belum keluar ya..? Terus terang aku nggak tahu maksud perkataannnya.., tiba-tiba di gulingkan tubuhku, sehingga kami berdua jatuh di lantai di atas karpet.
Tubuhku menelentang, di raihnya CD nya dan di lap vaginanya, sesaat kemudian tante U jongkok tepat di atas ku. Dipegang dan dibenamkannya ku ke dalam vaginanya, lalu dia gerakkan tubuhnya naik turun, sehingga ku menggosok dinding dalam liang vaginanya.
Kedua belah tangannya menekan dadaku, dan kepalanya mengangguk-angguk seirama gerakan tubuhnya. Cepat tangganku meraih dan meremas-remas buah dadanya. Rambutnya tergerai lepas dan berulang kali menyentuh wajahku.
Tante U mengerang dan sesekali memiawik agak keras., untung rumah tante U agak besar, sehingga erangan dan teriakannya nggak terdengan dari luar.
Ohhh. aah… aduh. nugi.. Enak. sungguh enak.. Ohh., yach.. Yach.. Sambil digerakkannya tubuhnya, persis seperti orang menunggang kuda liar.., aku mengimbangi gerakkannya dengan menaik turunkan pantatku, sehingga membuat tante U semakin liar dan histeris.
Tiba-tiba dia membungkuk dan menggerakkan tubuhnya semakin cepat, sambil jarinya memutar-mutar dinding luar vaginanya. Suara erangannya semakin keras dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, serta memeluk tubuhku erat sekali.
Terasa kembali cairan hangat membasahi ku, saat itu ku sudah mulai berdenyut-denyut, seperti hendak memuntahkan sesuatu. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua, desakan dan dorongan letupan diujung ku semakin terasa, tapi gerakan tante U sudah mulai lemah dan pelan dan akhirnya berhenti, tubuhnya terkulai lemas menindih tubuhku.
ku masih keras, namun desakan, dorongan dan denyutan kembali hilang…, kembali lagi tante U tersenyum dan mengulum mulutku..ohh. nugi.. Tante puuaaasss… Sambil tetap dalam posisi telungkup di atas tubuhku, tante U, menghujani mukaku dengan ciuman yang bertubi-tubi..
ku masih menancap keras dan dalam di memiawnya, bila pinggul tante U bergerak, maka terasa enak dan nikmat rasanya. Dalam posisi seperti itu mulut kami saling berpagut, dan ciuman yang panjang yang seolah tak akan selesai kami lakukan, lidah tante U menyulusuri sekujur wajahku, ke leherku dan kembali kemulutku dengan batang kemaluanku masih tetap di liang vaginanya.
Saat kami sedang asyik bercumbu, terdengar dering telepon berbunyi. Tante U segera bangkit dan menuju ke pesawat telepon. Diangkatnya gagang telepon sambil jari telunjuknya ditempelkan dimulutnya sebagai isyarat agar aku diam.
Tante U menerima telepon sambil berdiri merapat ke dinding, ternyata telepon dari oom U di kantor. Mataku tak hentinya menatap tubuh dan wajahnya; sungguh pemandangan yang indah dan hampir aku tak percaya dengan apa yang baru saja aku alami sesaat tadi.
Aku cubit tanganku terasa sakit, berarti ini bukan mimpi. Melihat apa yang aku lakukan tante U tersenyum geli, dilambaikan tangannya agar aku mendekatinya. Tanpa disuruh untuk kedua kalinya aku segera bangkit dan menghampirinya.
Kupeluk tubuhnya dari belakang dan mulutku langsung menyerbu leher putihnya, sementara tanganku meremas-remas buah dadanya. Matanya terpejam, menikmati apa yang aku perbuat, tangan kirinya meraih kepalaku dan ditariknya menuju buah dadanya.
Segera kurobah posisi tubuhku sehinga menempel tubuhnya dalam posisi berhadapan. Tangan kiri tante U meraih ku yang masih tegang dan keras, digosok dan dikocoknya pelan, aduh. nikmat sekali
Sambil menelepon tante U tetap memintaku mencumbuinya, namun jika aku mau mencium mulutnya, maka segera didorongnya mukaku.., aku mengerti maksudnya maka bagian tubuh lainnya yang menjadi sasaranku. Lidahku menjilati sekujur tubuhnya.., menghisap pentil susunya, meremas buah dadanya dan terus ke bawah.
Kaki kirinya segera kuangkat dan kuletakan di atas meja di dekat kami bercumbu, sehingga celah vaginanya terbuka menganga, yang dengan segera kujilati. Tangan kiri tante U memegang dan menekan kepalaku ke memiawnya, sementara tangan kanannya tetap memegang gagang telepon.
Dia nampak menahan rasa nikmatnya agar tak keluar erangan dari mulutnya…, tiba-tiba didorongnya mukaku menjauh dari memiawnya dan jarinya memberi isyarat agar aku sementara menghentikan cumbuannku.
Sesaat kemudian diletakkannya gagang telepon dan langsung diraih tanganku dan segera ditariknya aku menuju kamarnya. Segera ditutup dan dikunci pintunya, langsung diraihnya tubuhku dan kami berguling-guling dan saling tindih di atas kasur tempat tidurnya.
Tempat tidurnya nyaman, empuk dan bersih. Kembali kami saling mencumbu dan merangsang satu sama lain. Tante U menelentangkan badannya, dan memintaku menindih tubuhnya dalam posisi terbalik. ku tepat dimukanya dan memiawnya persis dimukaku, aku segera tahu maksudnya..
Dan segera kami bereaksi, kujilati memiawnya yang tanpa rambut, bau memiawnya membuatku semakin mabuk kepayang.., dikulum dan disedotnya ku., sehingga semakin keras dan tegang.
Lebih kurang 10 menit hal itu kami lakukan, selanjutnya tanpa diminta kubalik posisi tubuhku dan segera kumasukan batang penisku ke liang vaginanya dan kugerakkan pantatku naik turun dengan cepat dan keras.., tante U mengerang-ngerang..dan teriakkannya sesekali terdengar lepas tak ditahannya… Kugenjot terus memiawnya,
Kupacu gerakkanku dan lagi-lagi dia mempererat dan mengencangkan pelukannnya.. sambil merintih oohhh..aahhh..uuuh. nugi.nugi. teruusss.teruss sayang..auuw.enak nugi. teruus.., diraihnya mukaku.dan dilumatnya mulutku.., eehmm.ehmm..suara yang keluar dari mulut tante U saat menciumku,
Setiap kali kuhentakkan ku keras-keras ke memiawnya, sesaat kemudian tubuhnya mengejang dan kepalanya bergoyang-goyang kekiri dan ke ke kanan, sambil mulutnya mengerang keras. Pinggulnya menghentak-hentak dengan keras mengimbangi gerakanku, keringat kami bercucuran, membasahi tubuh kami.
Dan pada suatu hentakan yang keras tante U mendekap kepalaku keras-keras dan melolong histeris dan akhirnya kedua kakinya terkulai lemas., saat itu diujung ku. terasa ada yang berdenyut dan sepertinya mau kencing..,aku bilang sama tante U..tante aku pengin pipis rasanya tante.., tante U menjawab biar.. terus. aja .biarkan pipis di memiaw tante aja..ayo.
Mendengar jawabannya aku sudah nggak peduli lagi., kupercepat gerakan pantatku dan terasa desakan dan denyutan di ku semakin menjadi saat ujung ku menggesek dinding dalam liang vagina tante U. Dan akhirnya aku tak dapat menahan lagi kencingku.
Kubuang air kencingku dalam vagina tante U, tapi aneh.rasanya nikmat sekali tidak seperti bila aku kencing biasa di kamar mandi… ooh.. Aah. tante…tante.. Setelah itu aku merasa lega dan nikmat…, dan sesaat kemudian gerakan dan hentakan tubuhku berhenti., badanku terasa ringan dan lemas sekujur.dan aku telungkup di atas tubuh tante U.
Kupandang wajahnya dan kami saling menatap. Tante U tersenyum, tangannya mengusap wajahku dan meyibak rambutku yang tergerai. Ohh..ya. aku lupa menceritakan bahwa peraturan di sekolahku cukup memberi keluasaan kepada murid,
Sehingga murid laki-laki tidak dilarang memelihara rambut panjang. Mengikuti hal itu, akupun mempunyai rambut ikal panjang sebahu…, sehingga membuat penampilaku layaknya pemain band saja.
Tante U mencium mulutku dan mengusap rambutku. Dia berbisik.., gimana rasanya ? Enak apa nggak ?
Aku tak menjawab namun tersenyum saja, dan langsung kupeluk dia dan kucium mulutnya. Nugi., kau jangan cerita siapapun ya. tentang apa yang kita lakukan barusan. Aku mengangguk mengiyakan.
Pelan-pelan didorongnya tubuhku kesamping dan kami berbaring sambil berpelukan., kami bercumbu dan bercanda seperti anak kecil. Kadang aku gemas dan kuremas buah dadanya, jika tante U gemas padaku diremasnya ku.
Sesaat kemudian kami bangun dan tante U segera menggandengku ku kamar mandi yang memang ada di dalam kamarnya. Segera diguyur dan disiramnya tubuhnya dengan air, dari shower sambil berendam di bathtub warna pink.
Kubantu tante U menggosok dan menyabuni tubuhnya. Saat aku menyabuni kakinya, tanganku iseng meraba memiawnya dan memasukkan jariku ke dalam memiawnya. Tante U mendesis., secara naluri aku segera menjilati memiawnya.., dan terdengar erangan dan rintihannya.
Kembali kami bercumbu dan bercinta sepuas-puasnya di kamar mandi, di atas lantai kamar mandi yang dingin kugenjot memiawnya dengan keras dan bernafsu., sampai akhirnya tante U mencapai klimaks-nya, yang kami lanjutkan hingga kemudian akupun kembali mencapai klimaks pula.
Jam berdentang 12 kali, jadi sudah tiga jam aku di rumah tante U, 2 jam lagi oom U datang. Segera kami berpakaian, tante U ke luar kamar mengambil pakaianku dan pakaiannya yang berserakan di lantai ruang tamu.
Setelah kukenakkan dan kurapikan pakainku aku segera pulang. Saat aku hendak keluar, tante U meraih tubuhku dan menciumku, sambil berpesan..agar rahasia kami tersimpan rapat, serta berjanji besok akan mengulang lagi apa yang kami lakukan pagi tadi.
Inilah pengalaman pertamaku dengan wanita, yang tak lain tetanggaku sendiri. Aku bersyukur bisa bercinta dengan wanita cantik tetanggaku. Wanita cantik yang sering dikagumi oleh gadis-gadis mahasiswi yang kost di rumahku.
Dan selanjutnya selama liburan cawu II, kami tak pernah melewatkan kesempatan untuk bercumbu setiap hari, hingga suatu hari tante U bilang kalau oom U hendak kursus di Jakarta selama 4 bulan. Mendengar itu aku amat gembira. Bisa kubayangkan hari-hari yang menyenangkan saat aku dan tante U bercinta sepuas hati setiap hari.
Benar kata tante U, hari minggu malam oom U berangkat ke Jakarta naik kereta api, aku diminta tante U menemaninya mengantar oom U ke stasiun. Tentu saja dengan senang hati kulakukan hal tersebut. Saat mau berangkat oom U berpesan kepadaku untuk menemani tante U dan anak-anaknya di rumah.
Aku mengangguk mengiyakan dan melirik tante U, tante U tersenyum penuh arti padaku. Saat pulang dari stasiun tante U menyetir mobilnya sambil tangannya meremas tanganku, sementara dua anaknya duduk di jok belakang sambil bercanda.
Kuremas tangannya dan kucium punggung tangannya, tante U tersenyum penuh arti. Selanjutnya selama 4 bulan kami lalui hari-hari indah kami, aku sering diminta tante U menemaninya ke super market untuk belanja atau untuk keperluan lain, padahal kesempatan itu sering kami gunakan untuk bercinta di rumah seoarang kenalan tante U, yang bernama tante H

Nafsu Anggi Teman Kerja

Peristiwa ini terjadi saat aku belum menikah dan aku amsih bekerja sebagai karyawan distributor makanan, dan aku mempunyai teman yang baru bekerja 3 bulan namanya Anggi dia seorang sarjana ekonomi yang baru lulus setahun kemarin saat ini dia berumur 22 tahun, saat pertama masuk kerja dia sering diantar jemput sama pacarnya.
 
Tetapi sudah ada seminggu terakhir Anggi selalu mengendarai motor sendiri. Memang Anggi berwajah manis, hanya sayang kurang tinggi sedikit.
Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yang selalu kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya dan selain itu model rambutnya yang pakai gaya sedikit yang terurai di dekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah.
Juga yang kelihatan sensual adalah cara berpakaiannya karena Anggi selalu pakai baju atau kaos yang agak ketat sehingga perutnya kelihatan ramping dan buah dadanya terlihat agak menonjol. Memang buah dadanya sendiri tak terlalu besar tetapi cukup bagus bila pakai baju atau kaos yang ketat.
Suatu saat aku tegur dia,
“Anggi, kenapa sekarang kamu naik motor sendiri?”
“Yaahh, yang antarin sudah nggak ada”, sahutnya.
“Masak iya, kemana pacarmu itu?” tanyaku.
“Aach, nggak tahu pergi kemana dia, biarin saja”, jawabnya dengan nada kesal.
Beberapa hari kemudian, saat makan siang, aku melewati kamarnya, kebetulan cuma Anggi seorang diri dan sedang makan, rupanya yang lain makan keluar, segera kumasuk dan duduk di depan mejanya. “Makan sendirian saja?”
“Iya Pak, sahutnya. Sambil makan, Anggi melihat-lihat iklan bioskop di koran. Tiba-tiba Anggi berbicara,
“Waah, film Mandarin ini bagus Pak, Anggi kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang.”
“Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani” kataku.
“Ah, Bapak bisa saja, nanti pacar Bapak marah lho!” sahutnya.
“Yaa, jangan sampai ketahuan dong, sekali-kali kan nggak apa-apa”, kataku.
“Kalau sungguh, kapan Bapak bisanya? asal jangan yang malam-malam, paling lambat yang pukul 7.00 malam”, jelas Anggi.
“Besok malam? Pokoknya jangan Sabtu dan Minggu malam itu acara Bapak sudah patent” kataku.
“Kalau gitu besok malam ya Pak?”
“Boleh, Bapak jemput jam berapa?”
“Anggi sampai kost jam 5 sore, lalu mandi dulu, jadi kira-kira pukul 6 sore ya!”
“Oke”, sahutku.
Besok sorenya setelah saya pulang ke kost dan mandi lalu siap ke kostnya Anggi. Sampai di sana ternyata Anggi belum selesai hingga kutunggu beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat. Karena baru pukul 6.10 padahal filmnya mulai pukul 7, maka kita putar-putar kota dulu.
Dalam mobil aku bilang dengan Anggi kalau lagi nggak dinas begini jangan panggil aku Pak, sebab umur kami paling hanya berbeda 7 tahun, aku jadi nggak enak dong. Akhirnya setelah putar-putar kita langsung ke bioskop dan beli tiket lalu masuk, aku memang sengaja minta tempat duduk yang di pinggir. Rupanya filmya kurang bagus, sebab sampai saat mulai penontonnya hanya sedikit.
Memang artis-artis yang main seksi-seksi, apalagi film Mandarin terhitung banyak yang berani juga actionnya. Kalau pas adegan yang hot Anggi tiba-tiba memegang tanganku, suatu saat kalau adegan panas sebelum tangannya Anggi yang beraksi kupegang dulu telapak tangannya erat-erat.
Walaupun adegan panas sudah berlalu tangannya tetap kupegang terus dan perlahan-lahan tangannya kuletakkan di atas pahanya. Ketika Anggi masih diam saja atas aksi ini, maka jari-jariku kupakai untuk mengutik-utik pahanya yang sudah terbuka karena roknya yang agak pendek itu naik kalau buat duduk.
Beberapa menit hal itu kulakukan dan Anggi pun masih diam, lalu tangannya kutarik ke paha lebih atas sekaligus untuk menyingkap roknya supaya naik ke pangkal paha.
Setelah kulihat roknya menyingkap sampai hampir pangkal pahanya sehingga paha yang mulus itu terlihat remang-remang dengan penerangan cahaya dari film saja. Aku pura-pura diam sebentar, kebetulan ada adegan panas lagi dan tanganku segera memegang pahanya dan tangan Anggi memegang bagian atas tanganku.
Kupikir Anggi akan melarang kegiatan tanganku itu, tetapi tangannya hanya ditumpangkan saja di tanganku. Kuberanikan lagi operasi ini, tanganku kuusapkan ke pahanya dari atas lutut sampai ke atas dekat pangkal pahanya. Sudah ada 5 menit aku melakukan ini bergantian paha kanan dan kiri, tapi Anggi tetap diam hingga nafasku yang mulai memburu.
Akhirnya kuberanikan tanganku untuk mengusap pahanya sampai ke selakangannya hingga menyentuh CD-nya dan bagian kemaluannya kugelitik dengan 2 jariku. Saat itu Anggi kelihatan mendesah sambil membetulkan duduknya. Kugelitik terus clitorisnya dengan jari dan kadang-kadang jariku kumasukkan ke dalam lubang vaginanya, ternyata lubangnya sudah basah juga.
Belum beberapa lama, Anggi menggeliat duduknya dan bilang, “Oom, Jangan digitukan nanti basah semua vagina Anggi juga CD-nya, sebab Anggi punya banyak keluarnya.” Lalu tanganku kutarik dan kupindahkan ke pahanya saja.
Aku bisiki, “Nanti lain kali saja sambil santai di hotel ya?”.
Anggi mengangguk dan berkata, “Kira-kira minggu depan saja sebab kalau sering pergi malam nanti nggak enak dengan tante kost”.
Setelah film selesai sambil jalan keluar, kurangkul pundaknya dan Anggi pun memegang pinggangku sambil kepalanya disandarkan ke bahuku. Kuajak Anggi makan malam sekalian sambil ngobrol macam-macam. Aku bertanya,
“Anggi, biasanya kamu diajak pacarmu santai di mana?”
“Yaah,kadang-kadang di hotel P atau Hotel NP di atas Candi kadang-kadang juga di Hotel R di bawah kalau malas jauh-jauh.” Dengan jawaban Anggi itu, aku sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Anggi saat ini sudah bukan perawan lagi, jadi aku berani untuk mengajaknya ke hotel minggu depan.
Selesai makan kuantarkan Anggi pulang, sebelum turun mobil kupeluk dia dan dia pun membalasnya dengan merangkul leherku kuat-kuat untuk menerima ciuman dan kecupan-kecupan pada bibirnya dan selesai itu dengan sedikit teknik tanganku menyambar dan memijit buah dadanya.
“Acch.. nakal ya Oom? katanya, dan “Bye… bye….” Pada keesokan harinya saya bertemu Anggi di kantor dan kita bersikap biasa-biasa saja sehingga tak ada teman yang curiga kalau kita telah pacaran semalam. Saat kutanya kenapa sang pacar tak mengantar lagi,
Anggi bilang kalau pacarnya sekarang lagi renggang walaupun belum putus 100 % karena pacarnya yang SH itu dan bekerja sebagai salesman electronic itu belakangan suka tersinggung tanpa sebab yang jelas. Mungkin iri atau malu karena Anggi dapat kerjaan dengan gaji yang semetara ini lebih besar dari padanya.
Suatu siang di hari Rabu seminggu setelah kita menonton, kebetulan Anggi datang ke kamarku dengan membawa laporan-laporan yang kuharus tanda tangani. Anggi bertanya,
“Pak, nanti malam Bapak ada waktu?”
“Kenapa?” tanyaku pura-pura sebab dalam hatiku saat-saat inilah yang kunantikan.
“Kalau Bapak ada waktu, Anggi kepingin makan di luar tapi kok nggak ada teman”, sahutnya.
“Oke, kalau Anggi yang ngajak saya bersedia. Jam 6 sore seperti minggu lalu saya datang ke kost, ya Anggi?” kataku.
“Terima kasih ya Pak.”
Sore itu aku cepat-cepat pulang dan segera mandi. Jam 5.30 sore aku siap berangkat ke kost Anggi, karena terlalu pagi Anggi belum siap dan kutunggu di ruang tamu. Baru kira-kira 10 menit kemudian Anggi keluar.
Aku sempat terpesona beberapa saat, karena Anggi yang saya tahu biasanya memakai rok agak mini dengan baju atau kaos pendek perutnya dan agak ketat. Kali ini tampil dengan memakai gaun panjang warna ungu dengan belahan yang agak tinggi di bagian paha sebelah kirinya, sehingga kalau jalan pahanya yang kiri dan putih bersih itu kelihatan dengan jelas dan bagian dalam pahanya kanan juga tampak samar-samar.
“Ceeek…. ceekkk…. ceeekkk”, komentarku. Anggi bahkan tersenyum manis dan kemudian memutar tubuhnya dan bagian punggungnya terbuka lebar sampai ke bawah dengan model huruf V sampai di atas pinggulnya.
Aku yakin sekali kalau Anggi pasti tidak pakai bra sekarang. Tanpa duduk, Anggi langsung mengajak berangkat. kurangkul pinggangnya, Anggi jadi agak kikuk takut kalau tante kostnya tahu. Begitu masuk mobil kuminta untuk mengecup dulu bibirnya yang merah merekah dan basah terus itu, sambil punggungnya yang terbuka itu kuusap-usap dan ternyata dugaanku benar saat dadanya kutekan erat-erat ke dadaku terasa gumpalan daging yang kenyal dengan nama payudara tanpa terlindungi spons BH menempel di dadaku.
Denyut jantungku langsung berdetak cepat. Kemudian mobil mulai kujalankan dan tangan Anggi diletakkan di atas paha kiriku sambil kadang-kadang memijit pahaku.
“Mau makan kemana Anggi?”
“Terserah Bapak”, katanya.
Memang Anggi tetap tak mau panggil aku dengan sebutan lain, ia pilih dengan “Pak” karena takut salah ngomong kalau di kantor nanti.
“Kalau makan sate kambing apakah Anggi suka?” tanyaku.
“Mau Pak, malah sebenarnya Anggi sudah lama tak pernah makan itu karena pacar Anggi tak suka daging kambing”, katanya.
Akhirnya kita ke rumah makan sate kambing. Saat turun dari mobil dan masuk ke rumah makan sekarang ganti Anggi yang selalu merangkul pingganku. Anggi duduk di sebelah kananku. memang kuatur demikan supaya tangan kananku bisa dekat dengan paha kirinya yang terbuka sampai ke atas untuk kuraba-raba.
Memang kali ini Anggi berbeda dengan waktu nonton film, kali ini Anggi tampak ceria dan manja. Saat duduk makan Anggi duduknya merapatkan tubuhnya ke tubuhku serta tangannya memegang pahaku. Tanganku sebelum beraksi di pahanya kupakai untuk mengusap-usap punggungnya yang terbuka.
Untuk saat itu rumah makan masih sepi pengunjung,jadi aku agak bebas berkarya. Setelah puas meraba punggungnya tanganku kususupkan ke dalam roknya ke daerah pinggang dan turun di sana tanganku meraba CD-nya.
Kemudian tanganku bergerak ke atas dan menyusup ke bawah ketiaknya dan menuju ke samping depan sehingga ujung jariku dapat menyentuh samping payudaranya yang benar-benar masih kenyal. Pekerjaan tanganku berhenti saat pelayan membawa makanan ke meja kami. Saat makan tanganku kadang mulai meraba pahanya kiri yang terbuka itu.
Anggi betul-betul penuh pengertian saat tangan kananku sibuk meraba pahanya, ia yang menyuapkan nasi ke mulutku hingga tanganku diberi keleluasaan untuk bermain di pahanya dan sampai vaginanya pun kuraba-raba dengan penuh kemesraan.
Kadang-kadang tangan kananku kupakai untuk menyendok makanan lagi, tapi lebih sering kupakai untuk berkarya di paha dan lubang vaginanya sedang Anggi yang terus dengan kasih sayangnya menyuapiku dengan makanan sampai suatu saat Anggi mendesah dan memegang tanganku yang berkarya erat-erat seraya berkata, “Pak, karya tangan Bapak benar-benar hebat bisa membuat Anggi basah.”
Lalu kuraba vaginanya ternyata CD-nya juga sudah basah apalagi lubang vaginanya, ujung jar-jariku kumasukkan ke lubangnya untuk bisa mengkait lendir yang menempel di bibir vaginanya, ternyata usahaku itu berhasil juga.
Kulihat ada lendir kental mirip cendol menempel di ujung telunjukku, segera kujilati lendir itu dan kutelan bersama makanan yang disuapkan oleh Anggi. Aku betul-betul merasa “hot” makan daging kambing dicampur lendir Anggi, kurebahkan kepalaku ke kepalanya Anggi sambil berbisik,
“Anggi sayang, saya menyayangimu.” Anggi menjawab, “Pak, sebentar lagi Anggi menjadi kepunyaan Bapak seluruhnya, Anggi akan memberikan segalanya yang terbaik untuk Bapak nanti. Percayalah!” sambil mencium pipiku.
Selesai makan, kita langsung menuju Hotel CB di kota atas yang banyak pemandangannya walaupun itu hotel kuno. Kita langsung check in. Anggi tetap manja, jalan sambil merangkul pinggangku dengan badannya disandarkan ke tubuhku. Pintu kamar segera kukunci setelah pelayan menyiapkan air minum, sabun dan handuk.
Anggi ganti kupeluk dan ia pun merangkul leherku erat-erat hingga permainan ciuman mulut, bibir dan lidah berlangsung dengan hangatnya dan penuh kemesraan. Karena saat aku menciumnya, kukecup dalam-dalam bibirnya dengan penuh perasaan hingga Anggi bukan merasakan kenikmatan saja tetapi juga merasakan kasih sayangku.
Setelah berciuman dengan mesranya untuk beberapa saat, maka tanganku kupakai untuk meraba punggungnya yang terbuka, kurasakan tubuh Anggi cukup hangat lalu kupegang rok bagian kedua pundaknya dan kutarik ke depan,
Anggi pun membantu dengan meluruskan tangannya ke depan sehingga roknya bagian atas langsung lepas dan payudaranya yang masih kenyal dan hangat kalau diraba itu terlihat dengan jelas di depan mataku ditambah putingnya yang kelihatan mulai membesar dan tegang dengan warna merah padma membuatku terpesona.
Walaupun aku sudah sering menelanjangi dan meniduri pacarku di hotel, tetapi bentuk tubuhnya yang berbeda itu mempunyai daya rangsang yang tersendiri. Hanya karena kebiasaan yang sudah sering melihat pacarku dalam keadaan telanjang bulat itu yang bisa membuat aku mengendalikan emosi dan gelora nafsu mudaku.
Roknya terus kutarik ke bawah sehingga terlepas semua kemudian kuambil dan kutaruh di atas meja dan Anggi kuangkat untuk kutidurkan di ranjang dengan masih memakai CD saja. Tapi CD-nya pun kulorot untuk dilepas dan vaginanya yang seperti bukit kecil itu tertutup oleh rambut yang cukup lebat.
Aku kemudian melepas T-Shirtku dan celana panjang serta CD-ku sambil memandangi tubuh Anggi yang telentang di ranjang dengan pose yang menggiurkan ditambah lidahnya yang sering membasahi bibirnya itu.
Kudekati Anggi kemudian kuciumi seluruh wajahnya dengan tangan menjelajahi seluruh daerah dadanya termasuk lembah dan bukit maupun puncak payudaranya sampai ke pusarnya dan perut bagian bawah.
Setelah ciumanku berpindah ke bagian dadanya terutama bukit-bukit payudaranya, tanganku mulai beraksi di sekitar vaginanya serta pahanya serta sekali-kali rambut bawahnya kutarik pelan-pelan sambil jari tengahku menggelitik clitorisnya yang mulai nongol.
Lalu kuciumi terus perutnya bawah sampai rambut kemaluannya dan daerah sekitar vaginanya dan pahanya serta tanganku terus mengusap dan memijit betis serta telapak kakinya. Ciumanku terus ke lututnya,
Kemudian ke betis, tumit kaki lalu telapak kakinya sampai jari-jari kakinya pun kuhisap satu persatu semua baru aku balik naik menghisap daerah selakangannya dengan membuka lebar-lebar pahanya lalu daerah antara anus dan vagina itu kucium dan kukecup serta kujilati sehingga Anggi mendesah kenikmatan dan terasa ada cairan lendir yang menyemprot keluar dari lubang vaginanya.
Setelah kulihat benar terlihat dari lubangnya vagina mengalir keluar cairan lendir dengan bau khusus.
Langsung kucucup lubangnya dan kusedot kuat-kuat hingga sruuuuttt… lendirnya masuk ke dalam mulutku dan kugelitik terus selangkangannya supaya cairan nya keluar lagi lebih banyak dan kusedot terus dan ternyata benar Anggi masih mengeluarkan lendirnya yang masuk kemulutku.
Rasanya asin2, asem dengan bau khas seperti juga milik pacarku, aku memang jadi semangat dengan minum lendirnya.
Langsung saja Anggi kuajak main dengan pose 69, aku segera naik ke atas tubuhnya dan penisku kupaskan dihadapan mulut Anggi supaya mudah ia untuk mempermainkan penisku dengan lidah dan mulutnya sedang aku sendiri segera menyingkap rambut kemaluannya yang rimbun itu untuk menjilati clitorisnya.
Lalu kugigit-gigit dan kutarik-tarik juga clitorisnya dengan bibirku. Anggi tampak terangsang sekali dengan permainan mulutku di daerah vaginanya, apalagi pahanya sekarang kubuka lebar-lebar dan selangkangannya antara anus dan vaginanya kugosok terus dengan jari-jariku dan kadang-kadang kujilati.
Begitu clitorisnya kugetarkan dengan ujung lidahku yang bergerak begitu cepat (seperti lidah cecak katanya pacarku) hanya semenit saja Anggi sudah berontak dengan kakinya dan pantatnya digerakan kesana kemari kemudian mengaduh,
“Aduuuuh Pak, Anggi nggak tahan… sudah keluar dan lemas Pak.” Saat itu terasa lendirnya menyemprot dan mengenai hidungku, segera kucucup lagi lubang vaginanya untuk kusedot semua lendirnya yang sudah keluar di lubang vaginanya. Aku merasakan kenikmatan juga dari semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah semua.
Aku sekarang membelai rambutnya dan mengusap keringat yang banyak dikeningnya serta bertanya,
“Anggi sayang, apakah Anggi sudah capai?”
“Belum Pak, Anggi cuma lemas saja karena tak kuat menahan kenikmatan yang luar biasa dari permainan lidah Bapak tadi, rasanya sampai ujung rambut dan ujung kaki Pak” sahutnya.
“Kalau begitu kita main lagi ya?” kataku.
Anggi mengganggukan kepala. Lalu aku naik lagi ketubuhnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke lubang vaginanya, kemudian kutarik keluar lagi pelan-pelan setelah masuk keluar ini lancar berulang-ulang lalu penisku langsung kubenamkan seluruhnya ke dalam vaginanya, sampai Anggi menghela napas panjang menahan sakit dan nikmatnya karena katanya masuknya terlalu dalam.
Setelah itu kugerakan pantatku memutar searah jarum jam sehingga Anggi menjerit kenikmatan terus karena clitorisnya tergesek oleh rambut kemaluanku dan dinding dalam vaginanya tergesek oleh batang penisku yang mengeras sehingga ia berbisik, “Aduuuh Pak, nikmat rasanya luar biasa.
Aku mau orgasme Pak.” Mendengar itu aku langsung menciumi payudaranya yang sebelah kiri, karena Anggi bilang lebih sensitive dari pada yang kanan dan putingnya langsung kugetarkan lagi dengan ujung lidahku.
Tanpa basa basi lagi hanya beberapa detik terasa vaginanya mencengkeram penisku dan berdenyut-denyut serta ada lendir hangat yang menyiram penisku. Anggi sudah klimaks, ia tampak terkulai lemas.
“Capai Anggi, sayang?” tanyaku.
“Iya… Pak” sahutnya lirih manja.
“Tolong Anggi diberi air maninya Pak” pintanya.
“Sekarang?” tanyaku.
“Iya Pak.”
“Tahan sebentar lagi iya, nanti aku semprotkan”.
Lalu aku mengkonsentrasikan segenap pikiranku pada segala keindahan tubuh Anggi yang sedang kunaiki ini dan tingkah polanya yang merangsang sambil memandang bibirnya yang merah basah merangsang.
Kugenjot terus gerakan penisku naik turun dan semakin lama semakin cepat sampai Anggi menggeliat, menggelinjang tak karuan sambil menarik lepas sprei dan meremas-remasnya dan akhirnya, crruuuutttt… cruuuuuttttt… crrruuuutt, maniku menyemprot kedalam vaginanya sambil kutekan terus penisku dalam-dalam ke vaginanya.
“Sssseeetttt…. aacccchh, Anggi merasakan kehangatan yang luar biasa dari air mani Bapak.” Dan Anggi pun orgasme lagi karena penisku merasakan vaginanya berdenyut-denyut lagi.
Setelah beberapa menit kita istirahat dengan tidur bertindihan sambil berpelukan, kita bangun tidak terasa jam telah menunjukkan pk 9.30. Karena sudah agak malam Anggi cepat-cepat bangun dan mengambil handuk yang dibasahi lalu membersihkan penisku dan kemudian vaginanya. Kita tak cuci karena makan waktu lama.
Segera Anggi memakai roknya lagi, demikian juga aku. Sedang CD-nya dilipat dan dimasukkan ke dompetnya karena masih basah kena lendir saat kugosok clitorisnya di rumah makan tadi. Dalam perjalanan pulang Anggi sempat bertanya,
“Bapak jadi kawin kapan?”
“Iya masih 2-3 tahun lagi, tunggu pacarku selesai kuliah”, sahutku.
“Kenapa?” tanyaku. Anggi merebahkan kepalanya ke bahuku sambil berkata,
“Anggi tak akan kawin dulu kok tunggu kalau mungkin ada mukjizat.”
“Maksud Anggi?” tanyaku.
“Siapa tahu suatu saat Anggi dapat kabar gembira dari Bapak. Sebab Anggi malam ini benar-benar merasakan kenikmatan yang hebat dari Bapak dan lebih dari itu Anggi merasakan Bapak meniduri Anggi dengan penuh kasih dan kemesraan yang layaknya suami istri yang dipenuhi rasa cinta. Kapan-kapan Anggi boleh merasakan lagi ya Pak?”
“Kapan saja Anggi kangen saya bersedia, tapi Anggi harus benar-benar atur waktunya jangan sampai Anggi hamil yaa!” pesanku.
Saat mobil sampai di rumah kost, Anggi tak segera turun ia malah merangkul leherku dan ditariknya aku, lalu diciuminya seluruh wajahku dengan penuh perasaan hatinya dan terlihat matanya memerah dan berkaca-kaca.
Aku jadi terenyuh dibuatnya, kubelai rambutnya dan kuusap matanya yang berair lalu kubisiki, “Anggi jangan sedih, kan tiap hari kita masih bertemu. Anggi malam ini capai nanti langsung istirahat ya, jangan melamun macam-macam ya sayang?” pesanku sambil kubelai sayang dari rambutnya pipinya terus payudaranya sampai pahanya yang terbuka itu, baru Anggi mau turun dengan senyum kecil.
Esok harinya di kantor pagi-pagi saat kupanggil Anggi untuk memberikan tugas, ia masuk ke kamarku dengan senyum-senyum manja, setelah kujelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan kutanya kenapa kok senyum-senyum.
Anggi menjawab sambil mendekat ke sisiku, “Pak, air maninya semalam baru keluar tadi saat Anggi duduk di kantor, sekarang CD Anggi jadi basah.
” Karena Anggi sudah mendekat tandanya minta untuk dibuktikan, maka kuraba melalui bawah roknya dan benar CD bagian vaginanya basah juga sela-sela pahanya basah agak licin dan ternyata baunya memang seperti maniku.
Aku bilang, “Anggi kamu cuci dulu sana ya.” Anggi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Biarin saja Pak, Anggi toch nggak punya CD lagi di kantor malah nggak enak kalau dilepas CD-nya, sampai nanti sore juga tak apa-apa malah nanti siang mungkin sudah kering sendiri.” Lalu tanganku digenggam erat-erat dan memandang tajam penuh arti dan berkata,
“Kapan Bapak mau memberikan kemesraan dan kepuasan lagi pada Anggi?”
“Kapan saja terserah Anggi”, kataku.
Semenjak itu aku sering diajak kencan hampir tiap minggu sekali dan setelah pacarnya baik kembali hubungannya, hubungan seks tetap berlangsung terus kira-kira tiap bulan sekali sambil cerita-cerita apa saja yang dilakukan suaminya padanya.
Sampai sekarang sudah hampir sepuluh tahun berlalu dan aku sudah pindah kerja di bank, sedang Anggi menggantikan jabatanku dan kami masing-masing telah berkelarga dan punya anak, tapi hubungan intim itu masih tetap berlangsung di siang hari saat jam makan siang, hanya frekuensinya jauh berkurang kira-kira 3-4 bulan sekali. Tapi justru karena waktu yang lama itu menyebabkan tiap kali hubungan intim itu tambah mesra saja dan bukan menjadi kebosanan.